Selasa, 01 Juni 2010

siti nurhaliza

Spread Peace and Love to Get the Eternal Love


I think everything has a soul, although it can’t move. For me, not only human beings, animals, and plants that have a soul, but also everything in the world created by God such as stone, water, book, table, glass, etc have it. They can feel everything about this life. I always think about this life. I like watching every moment I see. All the more when I saw people did something what they want although it is so painful. At that time, I saw a man throw a glass on the floor.

When I saw his behavior, I thought about what he has done to the glass. And then I ask my self, questions which are suddenly in my mind, “why he did that? Did not he think that he hurt it? And did not he think that…if he got a same action from someone, he would feel so hurt and maybe he would fight that person”. But, glass is the thing that can not move, it does not have arm and does not have legs to do something. So, it can not do anything to protect itself. I am so sad after seeing that moment.

After that moment, I always think about them, about everything in this world. I’m sure that the glass and all of the things want to get a good action from us as God’s creatures that have feeling in their heart, feeling to get a good action and feeling to be loved by another people. God is All-loving for his creatures without the exception. God’s loving is very big. God ceaseless spread it to all mankind, all his creatures from time to time. God never feels bored what he has done to spread his loving for all of his creatures in this world. But… how about us? We only try to love half or some of his creatures in the world, not all. As I feel, it is so hard to do that. Why? The answer is in our heart.

I, as his creature, I want to give peace and love for another, if I can. And I believe I can do that because God has given us some of His characteristics such as Rahman and Rahim. It means love and pity which are full of peace and love. God gives us those characteristics in order we can spread peace and love for all of His creatures in the world. And I think if all of mankind can manage it, our life will be harmonious.

I often say to God, say something about my experience, about my wish in this life…in the world and in the lasting place…

“God, I want to say that I love You so much. But I feel... I do not proper to be loved by You. God, I think if I love You, I have to love all of Your creatures in this world, people, animals, plants, and all of the things in the world because You are All-loving. I may not hurt them. And if I can do that, I’m sure that You will love me more. I hope that. God, may I see you later? May I meet You at certain time? God, I have a dream… and I’m sure You know that. A dream which I wish it comes true. I hope to see You and I can meet You in a lasting place to treat my yearning as long as my life in this world. Sometimes I feel I am like a man who is mad about someone and try to get the eternal love from You.”
Teori Dinamika Muhammad Iqbal


Muhammad Iqbal seorang yang sangat memperhatikan terhadap gerak. Ada kata-kata yang menarik dari kalimat yang diucapkannya, bahwa pemikiran memiliki gerak yang dalam... pikiran (thought) benar secara alami adalah identik dengan organisme kehidupan.

Merujuk pada pemikiran Iqbal di atas, setiap manusia memiliki akal yang dianugerahkan oleh Allah. Dan Allah memberikan akal tersebut kepada manusia tidak lain adalah untuk dimanfaatkan (berpikir). Setiap manusia memiliki alam pikirnya masing-masing yang digerakkan oleh keinginannya sehingga pemikirannya terus bergerak menembus alam pikir-alam pikir yang lebih mendalam bahkan mungkin yang tidak pernah terpikirkan oleh manusia atau orang yang lainnya tentang yang dia pikirkan, sehingga muncul suatu pemikiran yang luar biasa. Oleh karena itu, Iqbal mengatakan bahwa pikiran identik dengan organisme kehidupan karena kehidupan ini terus bergerak. Semua ciptaan alam, mulai dari manusia, tanaman, dan mahluk lainnya bergerak. Dan ini yang membedakan dengan filsafat Yunani, seperti halnya Socrates yang hanya memusatkan teori filsafatnya pada manusia saja. Sedangkan dalam al-Qur’an, membahas semua mahluk yang ada di bumi dan di langit. Da pikiran ini layaknya organisme hidup yang terus melakukan gerakan tanpa henti selama kehidupannya.

Berdasarkan teori geraknya juga, Iqbal memandang bahwa hidup ini tidak statis, tetapi memiliki struktur peristiwa yang terus-menerus sampai pada hubungan yang saling menguntungkan yang timbul dari konsep ruang dan waktu. Atas kenyataan ini, Iqbal pun berpandangan bahwa pengetahuan tidak diragukan lagi memiliki sifat kemajuan yang cepat.

Dengan terus bergeraknya kehidupan ini, maka pengetahuan pun bergerak seiring dengan berlajunya arus kehidupan, sehingga bermunculan ilmu-ilmu pengetahuan yang baru sesuai dengan kehidupan yang terus berkembang. Dan ilmu-ilmu pengetahuan itu tidak lain adalah hasil dari pemikiran-pemikiran yang terus melaju mencari tahu tentang hakikat sesuatu, dari waktu ke waktu, dari tempat ke tempat, alam pikir manusia untuk terus bergerak cepat, bukan hanya untuk mengikuti arus geraknya kehidupan saja, akan tetapi mencari tahu dan menciptakan sesuatu yang baru dari pemikirannya itu.

Saya juga sepakat dengan apa yang dikatakan oleh Muhammad Iqbal, bahwa Islam sangat menentang keras sikap lamban, statis, lemah, dan beku yang dipandangnya sebagai penghambat kemajuan dan kelajuan. Tidak diragukan lagi, Allah menganugerahi manusia dengan akal. Yang sudah dijelaskan di atas bahwa akal ini tidak lain adalah untuk manusia manfaatkan (berpikir). Jika pikiran ini tidak kita gerakkan maka akan lemah, lamban, bahkan beku, akibatnya gerak fisik pun menjadi lemah dan bahkan statis. Yang akhirnya kita akan tertinggal dari orang-orang yang lebih memanfaatkan potensi yang Allah berikan ini. Allah memberikan akal kepada kita bukan untuk didiamkan saja hanya sebagai aksesoris, akan tetapi digali potensinya untuk terus bergerak dan berpikir yang nantinya bukan saja hanya memikirkan terhadap geraknya kehidupan secara materil saja akan tetapi kritis terhadap geraknya kehidupan secara normatif.

Minggu, 30 Mei 2010

Nasyeed by Sami Yusuf - Asma Allah

Asma Allah Alhosna




Ketika Rindu Datang Padaku

Ketika rindu ini datang kepadaku
Ingin ku ungkap tabir yang menghijabi antara kita,
sehingga aku bisa sampai kepada-Mu
Sering aku bertanya, kapan aku bisa bertemu dengan-Mu?
Untuk mengobati kerinduanku selama ini.

Aku tidak bisa mengendaliaknnya
Ketika kerinduanku ini sedang memuncak
Aku tidak bisa bertemu dengan-Mu saat aku merindukan-Mu
Yang aku lakukan, aku hanya bisa membaca surat cinta-Mu
Surat cinta yang sangat halus dan menyentuhku
Aku hanya bisa memeluk surat dari-Mu
Surat yang berisikan kata-kata-Mu yang bermakna sangat dalam

Ketika rindu dan ingin berbicara dengan-Mu,
mengadukan keluh-kesahku,
menceritakan kebahagiaanku,
aku hanya bisa menggelar kain berukuran tiga perempat dari badanku
dan aku mengenakan gaun suci untuk bertemu dengan-Mu yang Maha Suci
Lalu aku menyampaikan semua yang ada di dalam isi hatiku ini
Ya, walaupun aku tahu Kau Maha Tahu..
tanpa aku ceritakan kepada-Mu pun pasti Kau tahu
Tapi aku merasakan sangat dekat dengan-Mu ketika aku melakukan itu semua

Aku berbicara layaknya kepada seseorang yang sedang mendengarkan ceritaku
Aku wajar, dan sangat wajar!
Meskipun kadang kali aku dilihat seperti orang yang tidak wajar karena seolah berbicara sendiri
Mereka tidak tahu kalau aku sedang berbicara dengan-Mu
Mereka tidak bisa melihat-Mu, Walaupun aku juga sama
Tapi aku bisa merasakan-Mu, merasakan Kau sangat dekat denganku

Aku peluk dan aku ciumi surat suci dari-Mu
Sampai tak ku sadari aku meneteskan air mata karena terlalu sangat merindukan-Mu
Aku tahu Kau melihatku meskipun aku tidak melihat-Mu
Dan sudah aku katakan,
walaupun aku tidak melihat-Mu tapi aku merasakan-Mu
Merasakan cinta-Mu,
merasakan kasih sayang-Mu,
merasakan kehadiran-Mu

Aku seperti orang gila yang tergila-gila terhadap sesuatu
Aku terus memeluk erat surat suci dari-Mu dan tidak henti menciuminya
Aku merindukan-Mu, sangat merindukan-Mu
Dan aku ingin Kau juga merindukanku
Jadikanlah aku hamba-Mu sang sangat Kau cintai,
sangat Kau sayangi...
Sampai akhirnya ku bertemu dengan-Mu
dengan senyum di wajah yang berseri...

Jumat, 28 Mei 2010

Be a Good Muslim

Mukmin yang Berakhlak

Kajian akhlak ini sangat erat kaitannya dengan diturunkannya Rasulullah SAW.di muka bumi ini karena salah satu tujuan Allah mengutus Rasulullah ke muka bumi ini adalah untuk menyempurnakan akhlak. Sebagaimana hadits Rasulullah SAW.: ”Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak.”

Allah SWT.pun bersabda: “Tiadalah Kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (Q.S. Al-Anbiya: 107)

Dari hadits dan firman Allah di atas, maka ada hubungan antara keduanya. Yang pertama, Allah mengatakan bahwa Dia mengutus Rasulullah adalah sebagai rahmat bagi seluruh alam dan Rasulullah pun berkata bahwa beliau diutus oleh Allah adalah untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak.

Akhlak merupakan sesuatu yang sangat penting dan berpengaruh keberadaannya. Kemajuan, kecerdasan, keharmonisan, kebahagiaan serta ketentraman hidup sangat dipengaruhi oleh akhlak. Dengan akhlak yang baik dan mulialah semua bentuk kebaikan akan terwujud yang akhirnya akan tercapainya keharmonisan dalam hidup.

Jika di antara kita ada yang berkata, bahwa kita hidup di dunia ini adalah untuk beribadah kepada Allah, yakni dengan mengerjakan shalat, sedekah, puasa, doa, dzikir, dan yang lainnya. Memanh itu sangat benar, akan tetapi sahabat, akhlak juga sangat penting dan bahkan menurut Amru Khalid dalam bukunya yang berjudul Menjadi Mukmin yang Berakhlak mengatakan, ketika ada yang bertanya mengenai akhlak dan ibadah yang Allah perintahkan, beliau mengatakan :”Benar, sesungguhnya akhlak lebih penting dari semua itu. Sesungguhnya tujuan utama dari setiap ibadah yang terus dilakukan adalah untuk menata akhlak. Jika ibadah tidak membawa kepada ketertataan akhlak, maka bisa dikatakan bahwa ibadah sekedar gerak tubuh tanpa makna!”

Dari apa yang dikatakan oleh beliau, bukan berarti ibadah itu tidak penting akan tetapi akhlak merupakan implementasi dari ibadah yang terus kita lakukan selama ini. Jika setelah melakukan ibadah akhlak kita menjadi lebih baik maka kita sudah benar-benar memahami makna dari ibadah yang kita lakukan. Akan tetapi jika kita sudah melakukan ibadah dan akhlak kita masih belum baik atau belum ada perubahan yang lebih baik, maka kita belum begitu memahami makna dari ibadah yang kita lakukan. Kita hanya menganggap bahwa ibadah hanyalah sebuah kewajiban saja yang harus dilaksanakan, layaknya kita disuruh mengerjakan tugas oleh guru kita dengan pekerjaan yang asal-asalan saja hanya untuk memenuhi tugas tersebut tanpa memahami isi atau makna dari apa yang kita tulis atau kita kerjakan sehingga tidak akan ada pengaruhnya bagi kita sendiri .

Kita harus bisa menata akhlak kita untuk lebih baik lagi sebagai bentuk implementasi dari ibadah yang kita lakukan dan sebagai wujud syukur kita kepada Allah.

1. Shalat Akan Mengatur Akhlak
Shalat yang kita lakukan bukan hanya sekedar gerakan-gerakan dan bacaan-bacaan yang teratur saja. Akan tetapi hakikat dari shalat itu sendiri salah satunya adalah untuk menata akhlak kita. Orang yang melakukan shalat dengan sungguh-sungguh, ikhlas, bukan hanya sebuah kewajiban saja yang asal terselesaikan, maka akan terlihat dari akhlaknya atau perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagaimana firman Allah SWT.:
“Dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.” (Q.S. Al-Ankabut: 45)

Dari ayat di atas, maka dapat dikatakan bahwa orang atau hamba Allah yang melakukan shalat dengan sungguh-sungguh dan ikhlas maka dia akan senantiasa menghindari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar. Allah juga berfirman, bahwa: “Sesungguhnya Aku hanya menerima shalatnya seseorang yang merasa rendah hati di hadapan keagungan-Ku, tidak bertindak sewenag-wenang atas ciptaan-ku, tidak lalai dari mengingat-Ku, memberikan kasih sayang kepada orang miskin dan orang terlantar, dan memberikan kasih sayangnya kepada para janda dan kepada orang-orang yang ditimpa musibah.”.

2. Sedekah
Tujuan dari zakat adalah untuk penyucian diri. Penyucian memiliki arti pendidikan agar berakhlak baik. Sehingga dikatakan bahwa tujuan dari zakat adalah untuk memperbaiki akhlak, bukan begitu? Zakat merupakan salah satu bentuk ibadah kepada Allah, dan tujuan dari ibadah itu adalah mendoromng pelakunya kepada akhlak yang mulia.

Kita sadari ataupun tidak, beberapa dari yang kita lakukan merupakan bentuk sedekah. Pernahkah sahabat mendengar dan mengalaminya? Saya pastikan sahabat pernah mendengar bahkan mengalami hal itu. Rasulullah SAW.bersabda: “Senyummu untuk saudaramu adalah sedekah. Usahamu untuk mengajak kepada kebajikan dan melarang keburukan adalah sedekah. Usahamu untuk memberikan petunjuk kepada seseorang yang sedang berada dalam kesesatan adalah sedekah. Memberikan apa yang anda miliki kepada saudaramu adalah sedekah. Memberikan sesuatu yang membahayakan dari jalan adalah sedekah. Pandanganmu yang peduli kepada orang yang buruk rupa adalah sedekah. Sedekah yang paling tinggi nilainya adalah sedekah nafkah yang diberikan seorang suami kepada istrinya.”

Berdasarkan sabda Rasulullah SAW.di atas maka jelaslah bahwa hal-hal di atas yang pernah kita alami atau kita lakukan baik sebagian ataupun seluruhnya merupakan bentuk sedekah dan sesuai dengan yang Allah janjikan bahwa orang yang berbuat baik atau melakukan sedekah akan mendapatkan pahala dari Allah sebagai balasannya. Sekarang ini sedang memanasnya krisis akhlak, dan salah satu sedekah yang tepat untuk sekarang ini selain bnetuk-bentuk sedekah di atas adalah sedekah akhlak.

3. Puasa
Dari uraian di atas kita ketahui bahwa tujuan diperintahkannya shalat adalah untuk membina akhlak. Demikian pula dengan sedekah dan puasa. Rasulullah SAW.bersabda: “Apabila pada suatu hari seseorang berpuasa, maka jangan mengucapkan kata-kata cabul dan jangan merampas hak orang. Apabila ia dicela atau ingin diserang, maka katakanlah, ‘Aku sedang berpuasa.’”. berdasarkan sabda Rasulullah tersebut maka lebih jelas lagi bahwa puasa akan membawa kita pada akhlak yang mulia, Puasamu adalah hari akhlakmu. Karena pada saat kita berpuasa, kita tidak diperkenankan untuk melakukan kefasikan, mencela, merampas, atau melakukan perbuatan buruk lainnya. Dan jika kita lebih sering berpuasa, maka akan semakin tertatalah akhlak kita, semakin mulialah perbuatan-perbuatan yang kita lakukan.

4. Haji
Sebagaimana ibadah-ibadah di atas yang telah disebutkan, ibadah haji pun merupakan satu ibadah yang mendorong pelakunya untuk membina akhlaknya. Seorang yang sedang melaksanakan ibadah haji maka akan berusaha sekuat tenaga untuk berakhlak baik dan penuh kedisiplinan. Waktu melakukan ibadah haji kurang-lebih dua puluh hari dan selama waktu itu pula seorang yang sedang melaksanakan haji akan menata perilakuknya agar tidak menyimpang yakni dengan berakhlak baik . Bagi orang yang benar-benar melaksanakan ibadah haji tersebut maka akan berpengaruh terhadap perubahan akhlaknya untuk menjadi lebih baik.

Setiap orang yang melakukan ibadahnya dengan sungguh-sungguh dan penuh keikhlasan, memasrahkan, dan berserah diri kepada Allah maka akan membuat hati serta akhlaknya lebih tertata dengan rapi dan indah. Oleh karena itu, ibadah-ibadah yang merupakan perintah Allah selain sebagai tujuan untuk membentuk dan memperbaiki akan tetapi juga sebagai proses atau perjalanan manusia dalam membentuk dan memperbaiki kesempurnaan akhlak mulia manusia.
Di antara akhlak-akhlak seorang mukmin yang baik adalah:
1. Ihsan (berbuat baik)
2. Tawadhu (rendah hati)
3. Kejujuran
4. Amanah (dapat dipercaya)
5. Menepati Janji (Wafa’)
6. Haya’ (Malu)
7. Kasih Sayang (Rahmat)